Jumat, 01 Februari 2008

CINTAku (kepadamu) karena ALLAH TA'ALA

Bagaimana kekuatan cinta dapat timbul..
dan apakah rasanya jika cinta itu telah masuk ke relung jiwa kita..
Apakah kita bisa merasakan dahsyatnya cinta yang memompa seluruh indra untuk maksimal dalam mempersembahkan yang terbaik untuknya..
Untuk dia yang kita cintai.. Untuk Allah SWT.. yang Terkasih..

Lihatlah ke belakang..
Cinta timbul tanpa pamrih..

Ada kisah tentang kecintaan seorang manusia
yang diberi cahaya kebenaran Islam
dalam diri Nabi kita tercinta Muhammad saw., allahumma shalli wa salim 'alaih.

Dimana setelah beliau saw., wafat
sehari setelahnya Abu Bakar ra., bertanya kepada 'Aisyah radhiallu anhuma.,
"Anakku, apa yang biasa Rasulullah lakukan setiap pagi sehabis shubuh?"
Jawabnya: "Rasulullah menggiling sendiri gandum kemudian dipasaknya gandum tersebut untuk dimasak menjadi bubur, lalu pagi-pagi sekali beliau pergi ke sebuah perempatan dimana tinggal di pinggir jalan seorang pengemis yang buta dan cacat serta beragama yahudi. Kemudian beliau saw., melanjutkan untuk duduk di samping kakek tua tadi dan sesuap demi sesuap beliau saw., memakankan bubur buatannya sehingga kakek tua tadi kenyang sarapan."

setelah mendengar cerita itu,
segera pagi itu Abu Bakar ra., menyiapkan bubur seperti yang dilakukan Rasul
ketika masih hidup, lalu setelah siap ia menuju ke persimpangan jalan
tempat kakek tua tadi duduk bersandar,
dengan iba melihat kakek tadi Abu Bakar pun duduk dan kemudian hendak menyuapkan bubur buatannya.

Aneh!

Kakek tua tadi menolak permintaannya untuk disuapi karena ia berkata bahwa ini bukan orang yang suka menyuapinya selama ini.

Dengan lirih Abu Bakar pun berkata bahwa memang bukan orang yang biasa menyuapi kakek, karena orang yang selalu menyuapi kakek sudah meninggal.
Mulailah Abu Bakar menangis sembari melanjutkan pembicaraan dengan kakek tua tadi dengan berujar kepada kakek tua tersebut,
"Tahukan kakek siapa yang selama ini menyuapi Anda?"
dengan yakin kakek tersebut berkata," Tidak tahu, memangnya siapa dia?"
Jawabnya, "Dialah Muhammad Rasul Allah yang telah tiada,
semakin deras air mata yang bercucuran dan kakek tadi pun ikut meneteskan air mata,
beliau saw., kemarin telah dipanggil kembali kepada Kekasihnya, Allah SWT."
Dengan lembut Abu Bakar menuturkan kisah kematian Rasulullah saw., kepada kakek tua tersebut.
Setelah itu, spontan Kakek tua yang beragama Yahudi tersebut mengangkat telunjuknya ke arah langit dengan mantap.
"Asyhaadu anla ilaaha illa alloh, wa muhammad dar rasuulullah."
dalam kisah tersebut memang tampil karakter manusia yang saling mencintai karena Allah.

Rasulullah saw., mencintai sesama manusia atas dengan tulus karena ingin orang tersebut bahagia.
Tanpa paksaan ataupun ajakan untuk masuk agama baru yang memang diyakini kebenarannya. perlahan beliau mendengarkan dan menjadi teman bagi kakek tua itu sehingga dapat membahagiakan sampai pada waktunya.
Akhirnya waktu pun harus diakhiri dan rasulullah saw., pun berpulang untuk selama-lamanya namun tradisi yang dilakukan rasulullah saw., semasa hidup diteruskan oleh Abu Bakar ra., sehingga warisan kebaikan terus dipertahankan.
Abu Bakar ra., melakukannya dengan penuh kecintaan pada Allah dan RasulNya, sehingga apapun perilaku baik yang sebelumnya dijaga tetap dipertahankan, itu semua demi kecintaannya yang begitu mendalam meski yang dicintainya telah meninggal.

Seseorang yang mencintai karena Allah, ada maupun tiada orang yang dicintainya tetap berpijak pada kebaikan sehingga sama saja.. terus-menerus tiada henti berbuat kebaikan dan menebar rahman dan rahim Allah SWT.